Kamis, 18 April 2013

“Putri” yang Hilang





Gelaran pemilihan putri yang berlangsung sepanjang tahun hingga sekarang masih memiliki format agenda yang sama sepanjang tahun. Putri yang terpilih akan dipersiapkan mengikuti gelaran pemilihan putri sejagad yang akan mempertemukan seluruh jawara putri dari berbagai negara. Dengan slogan brave, beauty and behavior, dirasa cukup untuk mewakili semangat perempuan dalam melakukan perubahan besar dalam kehidupan sosial masyarakat. Namun dengan perkembangan zaman dan semakin kompleksnya permasalahan yang terjadi saat ini, rasanya beberapa hal terkait penyelenggaraan pemilihan putri perlu mempertimbangkan esensi tujuan penyelenggaraan kontes pemilihan putri agar acara serupa benar-benar mengangkat peran perempuan dan kedudukan perempuan dalam masyarakat yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Tema serta sistem pemilihan di tingkat provinsi serta berbagai persyaratan yang diajukan sebagai prasyarat pemilihan putri sebagian sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Wawasan, penampilan menarik, bakat, kemampuan berbahasa Inggris, memang sudah seharusnya dimiliki oleh seorang calon kontestan. Dalam hal ini, yang perlu menjadi bahan koreksi adalah, seperti apa persepsi kita terhadap gelar “putri”? apakah brand yang disematkan untuk “calon putri” sudah relevan dengan kondisi ril perempuan Indonesia saat ini?. Memasukkan krtiteria tinggi badan dan berpenampilan menarik secara tidak langsung telah menutup akses bagi perempuan “di bawah standar” untuk berpartisipasi dalam ajang tersebut. Selain itu kemasan acara yang dibuat glamor dan ekslusif, hanya meninggalkan kesan bahwa gambaran mengenai kiprah “putri” mutlak memiliki kesempurnaan seperti apa yang ditampilkan. Kegiatan pemilihan putri sejagad jangan hanya mengadopsi tema besar acara serupa yang diselenggarakan di luar negeri, perlu penyesuaian tema dan kriteria pemilihan yang lebih selektif.

Acara pemilihan putri sejagad perlu melakukan terobosan baru dalam proses seleksi. Generasi muda khususnya kaum perempuan yang berperan aktif dalam kegiatan sosial, pendidikan, lingkungan dan kemasyarakatan perlu mendapat apresiasi dengan memberikan peluang bagi mereka untuk berkontribusi dalam pemilihan putri sejagad. Apabila kegiatan sosial yang dilakukan pemenang kontes putri sejagad hanya menjadi agenda tahunan selama masa jabatan putri berjalan, maka bisa dikatakan kegiatan seperti ini hanya menciptakan “putri tahunan” saja.

Sebenarnya, jika kita mau berbenah dan ingin meningkatkan kualitas penyelengaraan putri sejagad, sedikit inovasi bisa kita lakukan asalkan kita berani (sesuai slogan putri: brave). Memilih putri melalui hasil kontribusi mereka terhadap lingkungan, pendidikan, sosial, masyarakat dan budaya yang berlangsung jauh sebelum pemilihan putri berlangsung. Membuat film dokumenter mengenai kegiatan kepedulian sosial kegiatan inspiratif dan inovatif yang dilakukan oleh perempuan Indonesia. Sekalipun melalui tawaran konsep yang baru ternyata mengurangi esensi acara “turunan” yang ada di luar negeri, bukan hal mustahil dengan cara ini kita melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada, jika berhasil tentu bisa menjadi contoh dan merubah pola pikir masyarakat kita bahwa “putri” hasil ajang pemilihan kontes putri sejagad benar-benar dinilai dari kontribusi mereka terhadap lingkungan sekitar jauh sebelum terpilih menjadi putri. Harapannya peran “putri” dalam kehidupan bermasyarakat, lingkungan dan khususnya dunia kaum wanita lebih progresif dan memberi banyak kemajuan sehingga menginspirasi seluruh perempuan Indonesia untuk berkiprah disetiap lini kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar