Hampir dua tahun saya menetap di
kota yang terkenal dengan kulinernya Yogyakarta, saya akhirnya tertarik beberapa
hal selain kuliner, dan wisatanya yaitu mengenai sistem tata kota di
Yogyakarta, karena menurut saya tata kotanya cukup unik dan sarat dengan
nilai-nilai filosofis. Pola tata kota Yogyakarta memiliki ciri khas yang tidak
sama dengan kota lain di Indonesia, beberapa kota di Indonesia berkembang dari
kawasan yang berada disekitar pelabuhan, kemudian tumbuh pemukiman baru dan
semakin meluas membentuk pola menyerupai amoeba.
Yogyakarta tidak demikian, terdapat
garis sumbu imajiner tegak lurus yang menghubungkan Merapi, Keraton Yogya dan
Pantai Selatan (Parangkusumo). Sumbu Utara-Selatan memegang peranan penting
dalam pembangunan kota di Kerajaan Jawa dengan kraton sebagai pusat sumbunya. Tata
kota Yogyakarta juga berbentuk grid dengan posisi alun-alun dan keraton yang
berada di tengah kota. Manfaat yang saya rasakan adalah kenyamanan saat
berkeliling kota, kita tidak akan kebingungan karena pola jalan berbentuk grid
membentang dari utara hingga selatan. Karena berbentuk grid, maka ada banyak
ruas jalan alternatif di kota ini, pola grid untuk ruas jalan seperti ini juga
bertujuan untuk mengurai kemacetan.
Pada masa Reinassance, beberapa
kota di Eropa seperti Italia, Perancis, Jerman dan Inggris memiliki sistem tata
kota yang berbentuk grid. Garis tengah atau sumbu kota yang diperindah memberi
simbol akan kecermelangan para raja/penguasa pada masa itu. Pada bagian tengah
kota terdapat bangunan monumental dan bangunan suci yang digunakan untuk
kegiatan keagaman.
Piazza San Marco
Tata kota Mohenjo Daro tak kalah
apiknya dalam sistem tata kota Yogyakarta. Mirip dengan kota Yogyakarta, Mohenjo
Daro juga memiliki sistem jaringan jalan yang membentang dari utara
hingga selatan dan timur hingga barat. Tata massa bangunan juga berbentuk grid,
sehingga terlihat lebih teratur dan membentuk hirarki.
Sistem tata kota
Mohenjo Daro
Tatanan kota seperti yang ada di
Yogyakarta dan Mohenjo daro menurut saya lebih mirip dengan konsep Compact
City, model Compact City sangat efektif untuk dikembangkan untuk mengurai
berbagai masalah perkotaan yang sangat kompleks. Model Compact City bertujuan
untuk memadatkan berbagai bangunan yang memiliki fungsi sosial dalam satu
kawasan agar warga kota dapat menghemat waktu perjalanan dan mengurangi emisi
karbondioksida.
Kota yang menyebar akan
membentuk sistem transportasi yang tidak terintegrasi, akibatnya kemacetan
lalulintas mewarnai setiap jalan utama perkotaan, emisi yang terbuang di udara
tak terhindarkan lagi. Tata kota pada masa lampau menunjukkan peradaban pada
masa itu begitu tinggi, mencirikan masyarakatnya juga beradab, memiliki nilai
estetika dan sarat nilai filosofis. Saya mendambakan kota di Indonesia juga
demikian, memiliki karakter dan identitas, tidak seperti yang ada sekarang,
suasana kota seakan menggiring kita ke dalam labirin kota, membuat warga kota
semakin bingung di kota sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar