Minggu, 21 April 2013

Merekam Jejak Kota Masa Lampau dan Masa Kini


Hampir dua tahun saya menetap di kota yang terkenal dengan kulinernya Yogyakarta, saya akhirnya tertarik beberapa hal selain kuliner, dan wisatanya yaitu mengenai sistem tata kota di Yogyakarta, karena menurut saya tata kotanya cukup unik dan sarat dengan nilai-nilai filosofis. Pola tata kota Yogyakarta memiliki ciri khas yang tidak sama dengan kota lain di Indonesia, beberapa kota di Indonesia berkembang dari kawasan yang berada disekitar pelabuhan, kemudian tumbuh pemukiman baru dan semakin meluas membentuk pola menyerupai amoeba.
Yogyakarta tidak demikian, terdapat garis sumbu imajiner tegak lurus yang menghubungkan Merapi, Keraton Yogya dan Pantai Selatan (Parangkusumo). Sumbu Utara-Selatan memegang peranan penting dalam pembangunan kota di Kerajaan Jawa dengan kraton sebagai pusat sumbunya. Tata kota Yogyakarta juga berbentuk grid dengan posisi alun-alun dan keraton yang berada di tengah kota. Manfaat yang saya rasakan adalah kenyamanan saat berkeliling kota, kita tidak akan kebingungan karena pola jalan berbentuk grid membentang dari utara hingga selatan. Karena berbentuk grid, maka ada banyak ruas jalan alternatif di kota ini, pola grid untuk ruas jalan seperti ini juga bertujuan untuk mengurai kemacetan.


Garis Imajiner Yogyakarta
Sumber:Kabar11.com



Pada masa Reinassance, beberapa kota di Eropa seperti Italia, Perancis, Jerman dan Inggris memiliki sistem tata kota yang berbentuk grid. Garis tengah atau sumbu kota yang diperindah memberi simbol akan kecermelangan para raja/penguasa pada masa itu. Pada bagian tengah kota terdapat bangunan monumental dan bangunan suci yang digunakan untuk kegiatan keagaman.


Piazza San Marco



Tata kota Mohenjo Daro tak kalah apiknya dalam sistem tata kota Yogyakarta. Mirip dengan kota Yogyakarta, Mohenjo Daro juga memiliki sistem jaringan jalan yang membentang dari utara hingga selatan dan timur hingga barat. Tata massa bangunan juga berbentuk grid, sehingga terlihat lebih teratur dan membentuk hirarki.



Sistem tata kota Mohenjo Daro


Tatanan kota seperti yang ada di Yogyakarta dan Mohenjo daro menurut saya lebih mirip dengan konsep Compact City, model Compact City sangat efektif untuk dikembangkan untuk mengurai berbagai masalah perkotaan yang sangat kompleks. Model Compact City bertujuan untuk memadatkan berbagai bangunan yang memiliki fungsi sosial dalam satu kawasan agar warga kota dapat menghemat waktu perjalanan dan mengurangi emisi karbondioksida. 

Kota yang menyebar  akan membentuk sistem transportasi yang tidak terintegrasi, akibatnya kemacetan lalulintas mewarnai setiap jalan utama perkotaan, emisi yang terbuang di udara tak terhindarkan lagi. Tata kota pada masa lampau menunjukkan peradaban pada masa itu begitu tinggi, mencirikan masyarakatnya juga beradab, memiliki nilai estetika dan sarat nilai filosofis. Saya mendambakan kota di Indonesia juga demikian, memiliki karakter dan identitas, tidak seperti yang ada sekarang, suasana kota seakan menggiring kita ke dalam labirin kota, membuat warga kota semakin bingung di kota sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar