Rabu, 10 April 2013

Go Green Not For Sale!


Pemanasan global selain menjadi isu utama permasalahan lingkungan juga telah memicu maraknya sindrom latah “Go Green”. Kegiatan “go green” menjelma menjadi gaya hidup baru masyarakat saat ini. Gerakan go green juga meramaikan berbagai even publik dan ajang perlombaan dengan menggunakan tema go green sebagai pemanis yang mengundang simpati warga atau sponsor untuk berpartisipasi dalam even tersebut.
Kata “green” dalam gerakan “go green” bermakna aksi ramah lingkungan, melakukan berbagai kegiatan melalui pertimbangan masalah lingkungan, dengan mengedepankan prinsip : mengurangi, dan menggunakan kembali. Sedangkan “go” dalam gerakan “go green” dapat diartikan sebagai kegiatan menyegerakan. Jadi “go green” adalah menyegerakan untuk bertindak dalam aksi ramah lingkungan. Hanya saja gerakan “go green” beberapa diantaranya telah menyimpang dari esensi dan tujuan utama gerakan tersebut. 

Gambar: Tema Go green

Kalau boleh dikatakan go green saat ini menjadi “lip service” setiap even perayaan ulang tahun kab.kota, lembaga, instansi pemerintah, dan kegiatan olah raga. Konsep dan tujuan “go green” sendiri tidak memiliki cacat sama sekali, karena tujuan “go green” sebenarnya adalah untuk menanamkan pola berfikir berkelanjutan dalam melihat dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana, cerdas dalam menggunakan produk serta menciptakan kepekaan terhadap permasalahan lingkungan.
Menjadi permasalahan ketika even yang dilaksanakan dengan mengusung tema “go green” ternyata tidak sejalan bahkan bertolak belakang dengan tujuan dasar gerakan “go green”. Pada perayaan ulang tahun salah satu ibu kota provinsi,  rangkaian acaranya adalah melakukan gerak jalan santai dengan memasukkan tema gerakan go green pada even tersebut, dalam kegiatan tersebut hadiah utama yang diperoleh adalah beberapa unit sepeda motor. Pihak penyelenggara mungkin lupa atau pura-pura tidak tahu bahwa kegiatan gerak jalan santai dan bersepeda dilaksanakan agar sesuai dengan tema “go green” tetapi hadiah sepeda motor yang diberikan justru mencederai kegiatan “go green” tersebut.
Menggelikan, karena beberapa negara telah melakukan aksi nyata untuk “go green” sedangkan di Indonesia sebagian masyarakat masih memandang “go green” sebagai  ajang formalitas, dan ceremonial belaka. Cara pandang dalam memaknai gerakan “go green” diperlukan agar kita tidak salah alamat dalam menempatkan tema, kegiatan dan tujuan setiap even yang dilaksanakan. Karena “Go Green Not For Sale”.



0 komentar:

Posting Komentar