Pemanasan global selain menjadi
isu utama permasalahan lingkungan juga telah memicu maraknya sindrom latah “Go
Green”. Kegiatan “go green” menjelma menjadi gaya hidup baru masyarakat saat
ini. Gerakan go green juga meramaikan berbagai even publik dan ajang perlombaan
dengan menggunakan tema go green sebagai pemanis yang mengundang simpati warga
atau sponsor untuk berpartisipasi dalam even tersebut.
Kata “green” dalam gerakan “go
green” bermakna aksi ramah lingkungan, melakukan berbagai kegiatan melalui
pertimbangan masalah lingkungan, dengan mengedepankan prinsip : mengurangi, dan
menggunakan kembali. Sedangkan “go” dalam gerakan “go green” dapat diartikan
sebagai kegiatan menyegerakan. Jadi “go green” adalah menyegerakan untuk bertindak
dalam aksi ramah lingkungan. Hanya saja gerakan “go green” beberapa diantaranya
telah menyimpang dari esensi dan tujuan utama gerakan tersebut.
Gambar:
Tema Go green
Kalau boleh dikatakan go green
saat ini menjadi “lip service” setiap even perayaan ulang tahun kab.kota,
lembaga, instansi pemerintah, dan kegiatan olah raga. Konsep dan tujuan “go
green” sendiri tidak memiliki cacat sama sekali, karena tujuan “go green” sebenarnya
adalah untuk menanamkan pola berfikir berkelanjutan dalam melihat dan
memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana, cerdas dalam menggunakan produk
serta menciptakan kepekaan terhadap permasalahan lingkungan.
Menjadi permasalahan ketika even
yang dilaksanakan dengan mengusung tema “go green” ternyata tidak sejalan bahkan
bertolak belakang dengan tujuan dasar gerakan “go green”. Pada perayaan ulang
tahun salah satu ibu kota provinsi,
rangkaian acaranya adalah melakukan gerak jalan santai dengan memasukkan
tema gerakan go green pada even tersebut, dalam kegiatan tersebut hadiah utama
yang diperoleh adalah beberapa unit sepeda motor. Pihak penyelenggara mungkin
lupa atau pura-pura tidak tahu bahwa kegiatan gerak jalan santai dan bersepeda
dilaksanakan agar sesuai dengan tema “go green” tetapi hadiah sepeda motor yang
diberikan justru mencederai kegiatan “go green” tersebut.
Menggelikan, karena beberapa
negara telah melakukan aksi nyata untuk “go green” sedangkan di Indonesia
sebagian masyarakat masih memandang “go green” sebagai ajang formalitas, dan ceremonial belaka. Cara
pandang dalam memaknai gerakan “go green” diperlukan agar kita tidak salah
alamat dalam menempatkan tema, kegiatan dan tujuan setiap even yang
dilaksanakan. Karena “Go Green Not For Sale”.
0 komentar:
Posting Komentar