Bencana Tsunami yang melanda
provinsi Nangroe Aceh Darussalam pada tahun 2004 telah memporak-porandakan
seluruh wilayah hingga ke pelosok, kota Banda Aceh rata dengan bangunan yang
hancur lebur tersapu gelombang tsunami, ribuan korban jiwa menjadi pemandangan
kelam dan memilukan pada saat itu. Kemudian pada tahun 2006 gempa bumi terjadi
di profinsi D.I Yogyakarta juga menelan korban jiwa, hingga di awal tahun 2009
bencana gempa bumi juga meluluhlantahkan tanah Padang, sekali lagi menelan juga
korban jiwa dan kerugian materi yang jumlahnya tidak sedikit.
Selama 10 tahun terakhir telah
terjadi tiga bencana alam luar biasa yang terjadi di Indonesia, termasuk
bencana lain seperti tanah longsor dan banjir bandang yang juga terjadi sepanjang
tahun. Sangat disayangkan jika bencana yang terjadi dalam selang waktu hampir
10 tahun ini tidak memberikan pelajaran bagi seluruh komponen masyarakat agar
tanggap dalam menghadapi bencana alam yang bisa terjadi kapan saja.
Kesigapan menghadapi bencana alam
dimasa akan datang sudah seharusnya menjadi agenda seluruh lapisan masyarakat
terutama yang bermukim pada daerah rentan terjadinya gempa bumi yang dapat
memicu Tsunami, terutama masyarakat pesisir pada pantai bagian selatan Sumatra,
dan Jawa. Merubah pola pikir masyarakat dalam memandang bencana alam adalah
upaya yang terus dibangun oleh pemerintah agar program mitigasi bencana yang
dijalankan pemerintah dapat berjalan maksimal.
Masyarakat perlu dibekali
pengetahuan secara detail mengenai sejarah bencana alam yang terdapat di
wilayah rentan bencana alam agar masyarakat setempat mampu bertindak cepat dan
tanggap ketika terjadi bencana alam. Upaya ini dilakukan untuk meminimalisir
jumlah korban jiwa akibat bencana alam. Pemerintah juga berperan penting dalam
menggiring proses perubahan pola pikir masyarakat melalui penyediaan sumber
informasi yang cukup informatif dan mudah diakses oleh masyarakat. Menyediakan
bangunan publik seperti posko siaga bencana, aman dan jauh dari zona berbahaya
yang dapat digunakan oleh masyarakat ketika terjadi bencana. Tujuan pendirian
bangunan tersebut agar masyarakat sudah mengetahui kemana dan harus berbuat apa
ketika terjadi bencana, sehingga masyarakat tidak kebingungan dan panik
menghadapi bencana.
Membangun mental masyarakat
melalui penanaman nilai-nilai kedisiplinan perlu diwujudkan sekalipun dalam
situasi genting ketika terjadi bencana. Rasanya sudah cukup negeri ini belajar
dari berbagai bencana, jika bencana dalam negeri saja masih belum mampu
menumbuhkan semangat untuk mulai bersahabat dengan bencana, negara Jepang
diharapkan bisa menjadi pembelajaran terkahir bangsa ini dalam menanggulangi
bencana. Publik memuji kedisiplinan masyarakat Jepang yang begitu tenang dan
tetap disiplin pasca bencana gelombang Tsunami. Kesigapan pemerintah Jepang
pasca bencana juga menjadi pelajaran penting bagi bangsa ini. Melalui opini ini
diharapkan agar kita tidak pernah lupa dengan sejarah bencana alam yang melanda
negara ini, agar generasi berikutnya tahu bahwa tempat sehari-hari mereka
bermain berkumpul merupakan tempat yang menjadi saksi sejarah betapa bencana
mahadahsyat pernah terjadi di wilayah tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar