Rabu, 10 April 2013

Bersahabat dengan Bencana


Bencana Tsunami yang melanda provinsi Nangroe Aceh Darussalam pada tahun 2004 telah memporak-porandakan seluruh wilayah hingga ke pelosok, kota Banda Aceh rata dengan bangunan yang hancur lebur tersapu gelombang tsunami, ribuan korban jiwa menjadi pemandangan kelam dan memilukan pada saat itu. Kemudian pada tahun 2006 gempa bumi terjadi di profinsi D.I Yogyakarta juga menelan korban jiwa, hingga di awal tahun 2009 bencana gempa bumi juga meluluhlantahkan tanah Padang, sekali lagi menelan juga korban jiwa dan kerugian materi yang jumlahnya tidak sedikit.
Selama 10 tahun terakhir telah terjadi tiga bencana alam luar biasa yang terjadi di Indonesia, termasuk bencana lain seperti tanah longsor dan banjir bandang yang juga terjadi sepanjang tahun. Sangat disayangkan jika bencana yang terjadi dalam selang waktu hampir 10 tahun ini tidak memberikan pelajaran bagi seluruh komponen masyarakat agar tanggap dalam menghadapi bencana alam yang bisa terjadi kapan saja.
Kesigapan menghadapi bencana alam dimasa akan datang sudah seharusnya menjadi agenda seluruh lapisan masyarakat terutama yang bermukim pada daerah rentan terjadinya gempa bumi yang dapat memicu Tsunami, terutama masyarakat pesisir pada pantai bagian selatan Sumatra, dan Jawa. Merubah pola pikir masyarakat dalam memandang bencana alam adalah upaya yang terus dibangun oleh pemerintah agar program mitigasi bencana yang dijalankan pemerintah dapat berjalan maksimal.
Masyarakat perlu dibekali pengetahuan secara detail mengenai sejarah bencana alam yang terdapat di wilayah rentan bencana alam agar masyarakat setempat mampu bertindak cepat dan tanggap ketika terjadi bencana alam. Upaya ini dilakukan untuk meminimalisir jumlah korban jiwa akibat bencana alam. Pemerintah juga berperan penting dalam menggiring proses perubahan pola pikir masyarakat melalui penyediaan sumber informasi yang cukup informatif dan mudah diakses oleh masyarakat. Menyediakan bangunan publik seperti posko siaga bencana, aman dan jauh dari zona berbahaya yang dapat digunakan oleh masyarakat ketika terjadi bencana. Tujuan pendirian bangunan tersebut agar masyarakat sudah mengetahui kemana dan harus berbuat apa ketika terjadi bencana, sehingga masyarakat tidak kebingungan dan panik menghadapi bencana.
Membangun mental masyarakat melalui penanaman nilai-nilai kedisiplinan perlu diwujudkan sekalipun dalam situasi genting ketika terjadi bencana. Rasanya sudah cukup negeri ini belajar dari berbagai bencana, jika bencana dalam negeri saja masih belum mampu menumbuhkan semangat untuk mulai bersahabat dengan bencana, negara Jepang diharapkan bisa menjadi pembelajaran terkahir bangsa ini dalam menanggulangi bencana. Publik memuji kedisiplinan masyarakat Jepang yang begitu tenang dan tetap disiplin pasca bencana gelombang Tsunami. Kesigapan pemerintah Jepang pasca bencana juga menjadi pelajaran penting bagi bangsa ini. Melalui opini ini diharapkan agar kita tidak pernah lupa dengan sejarah bencana alam yang melanda negara ini, agar generasi berikutnya tahu bahwa tempat sehari-hari mereka bermain berkumpul merupakan tempat yang menjadi saksi sejarah betapa bencana mahadahsyat pernah terjadi di wilayah tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar