Kita
tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat
membangun generasi muda untuk masa depan. - Franklin D Roosevelt.
Tahun 2012 menjadi catatan sejarah panjang
perjalanan politik di Timur Tengah ketika rezim otoriter yang telah berkuasa
selama puluhan tahun akhirnya tumbang ditangan rakyatnya sendiri. Berawal dari
runtunhya rezim Tunisia kemudian disusul dengan pemberontakan dan perlawanan
masyarakat Mesir telah menunjukkan bahwa kemarahan dan sikap muak rakyat bangsa
di Timur Tengah merupakan akumulasi kekecawaan terhadap kinerja pemerintah
mereka sendiri.
Rakyat Tunisia ataupun rakyat Mesir tentu tidak
mengharapkan kejadian seperti ini memporak-porandakan sistem tatanan politik di
negara Tunisia dan Mesir. Akan tetapi rezim otoriter yang berkuasa selama
puluhan tahun ternyata tidak membawa perubahan yang begitu besar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, korupsi makin “mencengkeram” sendi-sendi
kehidupan warga, sementara pemerintah hanya memperkaya diri sendiri. Ibaratnya
pemberontakan yang terjadi di kedua negara tersebut merupakan bom waktu yang
akhirnya meledak hingga akhirnya menghancurkan kepemimpinan rezim otoriter
tersebut.
Kedua peristiwa tumbangnya rezim pemerintahan di
Mesir dan Tunisia hendaknya menjadi pelajaran bagi seluruh lapisan masyarakat
dan pemerintah di Indonesia agar bangsa ini tetap memiliki tekad yang sama untuk
memajukan NKRI dari segala lini. Konsisten dalam pemberantasan korupsi tanpa
pandang bulu, tidak sekedar menjadi jargon parpol belaka untuk meraih
popularitas. Kebijakan dalam bidang perekonomian tidak hanya berkutat dan berorientasi untuk menggiatkan
pertumbuhan ekonomi tetapi kebijakan dan langkah konkret yang harus dilakukan
adalah pembangunan masyarakat dan peningkatan SDM yang menjadi prioritas oleh
pemimpin bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia memiliki
banyak permasalahan yang belum terselesaikan hingga saat ini. Untuk menemukan
sosok pemimpin bangsa Indonesia yang mampu mengatasi berbagai gejolak dalam
negeri haruslah seorang sosok pemimpin yang mengetahui permasalahan seperti apa
yang sedang merongrong sendi-sendi kebangsaan dan nasionalisme negeri ini.
Dalam buku “Menerawang Indonesia” NKRI dilukiskan sebagai sebuah gambaran “Big
History”, menggambarkan bagaimana perjalanan bangsa Indonesia ditinjau
dari pendekatan para sejarawan dan memungkinkan analisis yang berjangka sangat
panjang. Bangsa Indonesia pada tahun 2030 diprediksi mampu menjadi macan asia
yang tangguh atau justru sebaliknya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang gagal,
apabila peristiwa yang terjadi pada masa ini dan tidak diperhatikan dan sama
sekali tidak terduga pada masa kini dapat berpotensi untuk muncul dikehidupan
kita di masa yang akan datang.
Melihat kenyataan tersebut
pemerintah atau calon pemimpin bangsa ini sudah seharusnya merasakan, membaca
berbagai fenomena yang melanda bangsa Indonesia, isu mana saja yang menjadi “penyakit
kronis” bangsa ini secara turun temurun dan fenomena baru yang tidak
diperhitungkan sama sekali namun akan berdampak negatif dan merusak sistem
kenegaraan bangsa Indonesia. Jika menilik sejarah ke belakang, kebobrokan
bangsa ini berakar dari masalah penegakan hukum yang cenderung tebang pilih. Semua
kebobrokan yang terjadi di Indonesia seperti sebuah setingan politik dimana
berbagai permasalahan tersebut seperti sebuah susunan “frekuensi”, dan para
pelaku yang bermain di balik layar bisa dengan leluasa mengganti “frekuensi”
permasalahan. Kita bisa menyaksikan betapa berbagai peristiwa yang melanda
bangsa ini seperti sebuah “Pemberitaan Mercusuar”, belum
tuntas pemberitaan satu kasus, bangsa ini harus dihadapkan lagi dengan masalah
baru, akibatnya permasalahan yang terjadi sebelumnya tenggelam dan tidak jelas
hasilnya.
Tantangan yang diemban oleh
calon pemimpin masa depan bangsa Indonesia sangat berat dan tidak mudah.
Seorang pemimpin yang dibutuhkan bangsa ini adalah sosok pemimpin universal dan
visioner yang dapat menggerakkan seluruh komponen bangsa agar memiliki
kemantapan hati dan rasa memiliki/kecintaan yang besar untuk bangsa ini.
Berikut adalah kriteria calon pemimpin bangsa Indonesia yang diharapkan mampu
membawa bangsa ini ke masa gemilang:
1.
Mengenal wilayah Indonesia secara geografis. Kriteria ini
dimaksudkan mengingat bahwa NKRI merupakan wilayah kepulauan dengan potensi SDA
melimpah di seluruh penjuru kepulauan NKRI. Dengan mengenali wilayah secara
geografis, pemerintah dapat merumuskan kebijakan pembangunan wilayah
berdasarkan potensi dan keunggulan setiap daerah. (Isu daerah tertinggal).
2.
Mengenal Wilayah Indonesia secara geopolitik. Kriteria ini
dimaksudkan agar pemerintah memahami letak strategis NKRI secara geografis dan
berdampak pada kebijakan politik berupa kerjasama bidang perekonomian antar
negara, selain itu pemahaman NKRI secara geopolitik merupakan komitmen dan
konsistensi calon pemimpin untuk menjaga kedaulatan bangsa Indonesia. (Isu sengketa perbatasan).
3. Sosok pemimpin universal.
Calon pemimpin menghimpun seluruh perbedaan yang terjalin dan sistem tatanan
kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Pemimpin tersebut mampu mengusung
bendera perdamaian, mengatasi gejolak perbedaan yang sewaktu-waktu dapat
merusak ketenangan berbangsa adan bernegara. (Isu suku, ras dan agama).
4.
Visioner, seorang pemimpin bangsa memiliki visi jelas dan
konkret, tahu mengarahkan bangsa ini menuju peradaban yang gemilang, bergerak
cepat dan tepat menghadapi segala situasi yang mendera bangsa. (Isu kesigapan pemerintah).
5.
Memerangi Koruptor. Seorang pemimpin harus memiliki
konsistensi yang tinggi terhadap penegakan hukum. Penegakan hukum tidak hanya
ditegakkan bagi masyarakat kecil, akan tetapi semua kalangan harus mendapat
ganjaran yang setimpal akibat perbuatan melanggar hukum dan merugikan negara. (Isu penegakan hukum).
6.
Good Listener. Seorang pemimpin harus memiliki kepekaan untuk
mendengar derita dan keluhan rakyat. Setiap keluhan rakyat sudah seharusnya
ditindaklanjuti dengan cermat, tidak sekedar mengumbar janji palsu kepada
rakyat.
7.
Kepekaan. Kepekaan yang dimaksud adalah peka terhadap
permasalahan lingkungan, menjadi pionir dalam menggalakkan penyelamatan
lingkungan hidup. Peka terhadap isu global warming yang menjadi permasalahan
dunia, dan mampu bertindak untuk meningkatkan penyelamatan lingkungan hidup. (Isu lingkungan hidup).
8. Menjunjung tinggi hak asasi manusia. Menindak
tegas para pelaku pelanggar HAM. Penegakan hukum harus dilaksanakan agar tidak
terjadi lagi pelanggaran HAM yang memakan korban jiwa dan mencoreng wajah
Indonesia di dunia hukum Internasioanal.
9. Memerangi Narkoba. Narkoba merupakan barang haram
yang dapat merusak kehidupan generasi muda calon pemimpin bangsa. Masa depan
bangsa ada pada generasi muda, oleh karena itu perang terhadap narkoba adalah
mutlak.
10. Memerangi Terorisme. Fakta yang ditemukan
dilapangan bahwa para pelaku terorisme sebagian besar adalah anak muda
menggambarkan betapa lemah dan rapuhnya kepercayaan anak muda kita terhadap
pemimpin bangsa ini. Mereka jengah dan muak dengan berbagai permasalahn bangsa
yang tak kunjung tereselesaikan di tangan pemerintah.
11. Mencerdaskan kehidupan bangsa berupa komitmen
yang tinggi terhadap pendidikan. Pemimpin bangsa sudah seharusnya menjadikan
tema peningkatan kualiatas pendidikan diseluruh wilayah Indonesia sebagai komitmen
bersama dan mutlak untuk dilaksanakan. Pendidikan gratis, pembangunan fasilitas
sekolah dan pendidikan yang memadai, peningkatan jumlah pengajar, kualitas
pengajar dan peningkatan kualitas hidup para guru harus diutamakan agar tidak
ada kejadian lagi dimana seorang guru harus menjadi pemulung untuk menambah
penghasilan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
12. Memiliki kecintaan yang besar dan nasionalisme
yang tinggi bangsa Indonesia. Tidak tunduk terhadap negara adidaya, mampu
berdiri diatas kaki sendiri seperti pesan presiden RI – 1 Ir.Soekarno. Tidak
bergantung pada negara asing, dan menjaga wibawa bangsa Indonesia di mata
dunia.
Tidak
mudah untuk membawa bangsa ini ke masa gemilang yang sudah lama rakyat
Indonesia harapkan. Perjuangan mulia ini tidak hanya menjadi tugas presiden,
dan pemerintah saja, akan tetapi seluruh rakyat Indonesia yang merasa memiliki
bangsa Indonesia sudah merupakan kewajiban dan perwujudan cinta terhadap bangsa
ini untuk bertekad melakukan yang terbaik demi bangsa yang kita cintai ini.
Hanya dengan kebersamaan dan merangkul berbagai perbedaan lah yang mampu
membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa besar dan disegani negara lain.
INDONESIA BISA.
Yogyakarta
30 Juni 2012
0 komentar:
Posting Komentar