Selasa, 07 Februari 2012

Ketika Barongsai Merajai Malioboro (Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta)


Semarak  Malioboro
Suasana jalan Malioboro pada senin malam terasa agak berbeda dengan malam sebelumnya. Masyarakat Yogyakarta tumpah ruah disepanjang Jalan Malioboro guna menyaksikan acara Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta yang menampilkan atraksi Barongsai dan tarian tradisional khas Negara tirai bambu (China). Semua berbaur dalam kebersamaan, baik warga Tionghoa maupun warga lokal, hal ini menunjukkan betapa budaya dari negeri tirai bambu tersebut telah diterima di tanah bumi para raja. Atrasksi Barongsai merupakan puncak dari seluruh kegiatan Pekan Budaya Tionghoa. Kemeriahan dan euforia perayaan Cap Go Meh semakin terasa ketika pada acara puncak perayaan ditutup dengan atraksi barongsai yang ditampilkan oleh Batalyon Infantri 403. Batalyon Infantri 403 menampilkan atraksi Barongsai termegah malam itu. Panjang naga mencapai 130 meter, terdiri dari 40 stok, berat kepala naga mencapai 1000 kilo. Iring-iringan yang membawa naganya mencapai 200 orang. Penampilan atraksi Barongsai oleh Batalyon Infantri 403 mendapat penghargaan dari museum rekor Indonesia sebagai naga terpanjang dan jumlah personel terbanyak.


Perayaan Cap Go Meh

yang lokal yang beraksi
Kita patut berbangga karena kemeriahan perayaan Cap Go Meh dalam atraksi Barongsai tidak hanya diramaikan oleh warga Tionghoa, warga lokal pun turut menunjukkan taringnya. Warga lokal pun tidak kalah lincah dan atraktif dalam menampilkan beragam atraksi . Tidak ketinggalan, anak-anak usia dini pun ikut melakukan atraksi, benar-benar luar biasa. Barongsai benar-benar telah mendarah daging dan menjadi simbol keberagaman dan kebersamaan. Kekompakan dan kerja sama yang terjalin menunjukkan nilai-nilai sosial dan budaya yang terimplementasi dalam tatanan hidup bermasyarakat. Seketika terlintas dalam benak, bagaimana meriahnya jika pada malam itu yang ditampilkan adalah kesenian asli Indonesia. Apakah akan semeriah dengan perayaan Cap Go Meh??. Tak dapat disangkal bahwa kebudayaan masyarakat Tionghoa memang telah hadir dalam tatanan kebudayaan Bangsa Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu. Awalnya kedatangan bangsa Tionghoa adalah untuk berdagang dan secara perlahan budaya Tionghoa pun akhirnya terealisasikan dan berbaur dengan budaya bangsa kita.

Keberagaman itu Indah
Seperti semarak tahun baru Imlek yang menampilkan atraksi Barongsai dan kemeriahan kembang api, maka semangat baru itu pulalah yang ingin dituangkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semangat kebersamaan dan kekompakan dalam atraksi Barongsai mencerminkan bagaimana agar setiap individu dapat hidup dalam kebersamaan dan kerjasama untuk menghasilkan harmoni hidup yang selara, saling menjaga dan menghormati. Situasi dan kondisi bangsa saat ini yang carut marut, berbagai konflik antar warga, sengketa lahan yang berujung anarki menunjukkan bahwa betapa sendi-sendi nilai sosial itu telah luntur dalam kehidupan bermasyarakat kita. Kecenderungan dan individualisme menjadi hal yang tak terbantahkan lagi. Sudah saatnya kita mulai mencermati dan mengambil kesimpulan dari setiap kejadian yang belakangan ini menimpa bangsa kita. Kita tentunya masih memiliki harapan agar kedepannya bangsa kita bisa kembali menunjukkan jati diri sebagai bangsa yang mencintai keberagaman. Menjadi bangsa yang besar karena kemampuannya menaungi dan mewadahi keanekaragaman budaya, bukan malah menjadi bangsa kerdil yang tidak mampu menerima keberagaman.

harapan itu masih ada jika kita semua juga masih mendambakannya..semoga..

0 komentar:

Posting Komentar