Jumat, 10 Februari 2012

Jangan Hilangkan Masa Lalu Kota

Romantisme Ruang
Tahun 2008 rencana revitalisasi lapangan Karebosi Kota Makassar telah  membuat 'geger' warga kota Makassar. Rencana revitalisasi mengundang respon pro dan kontra dikalangan masyarakat. Awalnya issu sentral yang menjadi topik hangat pembicaraan berawal dari keresahan warga jika revitalisasi tersebut benar-benar terjadi. Konsep revitalisasi lapangan Karebosi menurut sebagian warga hanya dimanfaatkan untuk kepentingan segelintir orang dan mendatanglan keuntungan bagi pihak investor saja. Sejak dahulu lapangan Karebosi telah menjadi ruang publik di Kota Makassar dan setiap saat digunakan oleh warga sebagai sarana olahraga, berkumpul, dan menyelenggarakan berbagai event kreatif. Ketika revitalisasi benar-benar terjadi maka warga tidak akan seleluasa dulu menggunakan ruang publik tersebut. Lapangan Karebosi akan dikomersilkan, dan hal ini yang sepertinya sangat 'melukai' hak-hak warga yang masih merindukan romantisme ruang untuk bernostalgia dengan masa lalu. Bagaimana warga bisa 'bernostalgia' dengan masa lalu jika salah satu ruang sejarah telah berubah fungsi dengan segala konsep moderinitasnya??

Ruang Kosong..
Namun disatu sisi, rencana revitalisasi Lapangan Karebosi betujuan untuk meningkatkan fungsi dan manfaat ruang agar tidak terjadi pemborosan ruang. Harapannya revitalisasi dapat menghidupkan kembali geliat aktivitas yang lebih bervariatif. Sangat disayangkan apabila satu bidang ruang di tengah kota tidak dimanfaatkan secara optimal, optimal dari aspek penggunaan, aspek kegiatan, aspek kreatif. Ironi apabila komponen dan elemen yang berada disekeliling Karebosi sudah berkembang dengan pesat sedangkan Lapangan Karebosi justru cenderung menampakkan dirinya sebagai "ruang kosong". Oleh karena itu pemerintah berharap dengan revitalisasi, Karebosi dapat 'menyajikan menu' kegiatan yang lebih variatif dan terorganisir sehingga sudah tidak nampak sebagai 'ruang kosong'.  

Ruang Estetika??? 
Revitalisasi mengandung pengertian sebagai proses menghidupkan kembali ruang yang sebelumnya memiliki nilai sejarah kemudian kehilangan nilai sejarahnya secara aktual, walaupun secara tekstual nilai sejarahnya masih ada. Konsep Revitalisasi secara tekstual di lapangan Karebosi secara keseluruhan tidak menunjukkan sesuatu yang salah dengan perencanaan tersebut, dimana revitalisasi akan menciptakan ragam aktivitas, fungsi ganda, terorganisir dan bersifat kreatif. Namun secara aktual, apakah revitalisasi seperti itu yang telah tertuang dalam rencana revitalisasi Karebosi??. Tahun 2009 proyek revitalisasi Karebosi telah selesai dirampungkan. Ada pemandangan lain yang terlihat di sudut jalan Ahmad Yani,lapangan Karebosi telah menjelma menjadi ruang publik dengan penataan kawasan yang memuat nilai estetika yang sangat indah. Situasi dan kondisi lapangan Karebosi benar-benar telah jauh berbeda dengan situasi sebelum mendapat sentuhan penataan. Perasaan dan nuansa seperti apa yang kita peroleh pasca revitalisasi ketika berada di Lapangan Karebosi??. Apakah revitalisasi tersebut sekedar menjadikan Karebosi sebagai 'ruang konsumtif ' dan surga belanja saja?? Apakah revitalisasi tidak membabat habis nilai  sejarah kontekstual Karebosi?..

Kami bukan warga Konsumtif,KAMI butuh Ruang Edukasi!!
Tidak ada yang salah dengan konsep revitalisasi, namun yang terlihat pada Karebosi, sepertinya revitalisasi mengikis masa lalu Karebosi sebagai warisan budaya Makassar yang memiliki nilai sejarah. Ataukah terjadi perbedaan sudut pandang dalam melihat konteks revitalisasi. Apakah tolak ukur suatu kawasan telah direvitalisasi ditinjau dari sisi estetika dan modernitas??jika demikian, mengapa tidak secara langsung saja kita menyebutnya sebagai 'kawasan komersil Karebosi'??. Harapan saya dan mungkin juga Anda, kedepannya Karebosi bisa mengangkat kembali nilai historis yang telah tenggelam dengan mengembangkan ruang kreatif kebudayaan. Ruang ini bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan kebudayaan Sulawesi Selatan kepada Wisatawan dan mengembangkan ruang pendidikan seperti taman baca bagi warga kota. Please..jangan lah terburu-buru melihat prospek ruang kosong sebagai ruang komersil, warga kota juga butuh ruang edukasi, bukan sekedar ruang belanja. Semoga konsep pembangunan Kota Makassar kedepannya telah mereformasi sudut pandang kita melihat peluang dalam pengembangan ruang. JANGAN mendesain RUANG jika pada akhirnya membuat masyarakat JENGAH dengan dominasi ruang KOMERSIL._^^_


di sudut ruang  6

0 komentar:

Posting Komentar